2.1
Uraian Aspek Teknis Pembenihan Ikan Patin
2.1.1
Lokasi Bisnis
Pemilihan lokasi merupakan hal yang penting dalam suatu bisnis karena
lokasi adalah tempat dimana produksi berlangsung. Tempat budidaya pembenihan
ikan patin Tania Aquaculture memiliki 20 hatcheri yang berlokasi di beberapa tempat di wilayah Bogor. Salah satu hatcheri yang kelompok kami kunjungi
berlokasi di Kampung Pondok, Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Bogor, Jawa
Barat. Luas areal hatcheri tersebut adalah 6,5 ha yang terdiri dari areal perkolaman, ruang tempat
akuarium penetasan telur, perkantoran, dan sarana penunjang lainnya. Sumber air perkolaman
berasal dari air sumur bor yang ditampung dalam tandon. Alasan pembagunan hatcheri
di lokasi tersebut karena dekat dengan sumber air yang cocok untuk
pembenihan ikan patin. Selain itu tidak mengganggu lingkungan sekitar dengan
limbah dari budidaya pembenihan ikan patin.
2.1.2
Variabel Utama :
§ Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku yang diperlukan
dalam pembenihan ikan patin adalah induk jantan dan betina, ovaprim, air tawar,
dan pakan induk.
Jumlah induk yang ada di hatchery yang kami kunjungi adalah 70
induk. Dari keseluruhan jumlah induk tersebut, sebelum dipijahkan, dilakukan
seleksi induk terlebih dahulu untuk mengetahui mana induk yang berkualitas dan
berkondisi baik untuk dipijahkan. Satu induk ikan patin mampu menghasilkan
200.000 larva.
§ Letak Pasar yang
dituju
Lokasi pasar yang dituju perlu
dipertimbangkan secara teknis dan ekonomis sehingga kelangsungan dari usaha dapat
terjamin. Usaha budidaya ikan patin
ini hanya sampai tahap pembenihan saja sehingga pasar yang dituju adalah pasar
ikan khusunya untuk benih ikan patin kepada reseller.
§ Tenaga Listrik dan
Air
Secara
teknis budidaya pembenihan ikan
patin memerlukan fasilitas
listrik dalam kegiatan produksi agar
pelaksanaannya berjalan dengan baik. Kapasitas
terpasang jaringan listrik yang ada di Tania
Aquaculture sebesar 900 kV berasal dari
PLN. Selain listrik, air juga merupakan kebutuhan pokok
dalam proses produksi pembenihan
ikan patin. Air yang
digunakan oleh Tania Aquaculture dalam pembenihan ikan patin berasal dari air
sumur bor yang kemudian ditampung di dalam bak penampungan.
§ Supply Tenaga Kerja
Dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya, Tania
Aquaculture memiliki tenaga kerja yang menangani teknis dan administrasi. Tenaga
kerja yang dipilih adalah orang setempat atau orang dari luar jawa dan minimal
lulusan SMA, namun tidak menutup kemungkinan menerima tenaga kerja lulusan SMP
jika tidak ada tenaga kerja lulusan SMA yang bersedia. Tenaga kerja yang baru
masuk diberikan pelatihan terlebih dahulu oleh tenaga kerja lama yang sudah
profesional selama satu sampai dua siklus produksi.
Masing-masing hatcheri terdapat
dua orang pekerja yang menangani pembenihan ikan patin. Setiap orang pekerja
menangani 30-40 akuarium. Gaji yang diterima oleh setiap pekerja adalah 30%
dari pendapatan yang diperoleh dan setiap pekerja mendapat jaminan makan,
kesehatan dan uang saku sebesar Rp 500.000,- dalam satu bulan.
§ Fasilitas
Transportasi
Fasilitas
pengangkutan yang tersedia di Tania
Aquaculture adalah mobil L300 dan mobil Carry.
Setelah benih siap jual, setiap hatcheri mendistribusikannya
ke tempat pengumpulan semua benih Tania Aquaculture di daerah Cibanteng.
Setelah terkumpul, benih di kirim ke bandara untuk dikirimkan ke masing-masing
pemesan.
2.1.3
Luas Produksi
Luas
produksi adalah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan
yang optimal. Luas Produksi ditentukan oleh :
-
Batasan Permintaan
-
Tersedianya kapasitas mesin-mesin
-
Jumlah dan kemampuan pengelola proses produksi
-
Kemampuan finansal dan manajemen
-
Kemungkinan adanya perubahan teknologi
Luas
produksi dapat dilihat dari segi ekonomis dan segi teknis. Dari segi teknis
yang dilihat adalah jumlah produk yang dihasilkan atas dasar kemampuan mesin
dan peralatan serta persyaratan teknis.
Untuk menentukan jumlah produksi yang menghasilkan
keuntungan optimal diperlukan suatu peritungan yang teliti dan dalam hal ini
dapat dugunakan beberapa pendekatan, antara lain:
1.
Penekatan konep marginl revene dan marginal cost.
2. Pendekatan
analisis break event
point.
3. Pendekatan metode
linier programming.
2.1.4
Proses Produksi
Dikenal adanya 3 jenis proses produksi:
1.
Proses produksi yang terputus-putus (intermiten)
2.
Proses produksi kontinu (menggunakan teknologi dan
mesin-mesin yang lebih baik)
3.
Kombinasi
Kegiatan
pembenihan ikan patin yang dilakukan di Tania
Aquaculture Farm Ciampea, meliputi pemeliharaan dan persiapan induk,
pemijahan induk, persiapan wadah, penetasan telur, pemeliharaan larva,
pemanenan, dan pengepackan.
Proses
produksi pembenihan ikan patin:
1)
Pemeliharaan dan persiapan induk
Induk
merupakan faktor penentu agar usaha budidaya pembenihan ikan patin dapat
berhasil dengan baik. Calon induk yang akan dipijahkan harus memiliki kualitas
genetis yang baik yakni berasal dari induk yang terpilih. Menurut Khairuman
(2006), induk ikan patin mudah beradaptasi dengan lingkungan baru.
Pemeliharaan induk adalah kegiatan memelihara
induk yang sudah dipijahkan atau calon induk yang sudah matang gonad.
Pemeliharaan induk bertujuan untuk mendapatkan induk yang telah matang gonad.
Pada kegiatan pemeliharaan induk, induk janan dan betina dipelihara dalam satu
wadah. Kegiatan yang dilakuka dalam pemilihan induk yaitu persiapan wadah,
pemberian pakan,dan pengelolaan kualitas air.
2)
Pematangan Gonad
Calon induk yang telah matang gonad dapat dilihat
dari beberapa ciri seperti berikut :
-
Induk jantan :
Papila memerah, keluar cairan putih kental
-
Induk betina :
Postur tubuh melebar dan pendek,perut lembek jika dipegang, urogenital
membengkak dan memerah.
3)
Seleksi Induk Matang Gonad
Induk ikan patin yang akan dipijahkan diseleksi
terlebih dahulu, yaitu dengan memilih induk-induk betina dan jantan yang telah
matang gonad atau siap pijah. Penangkapan induk dapat dilakukan secara hati-hati
untuk menghindari terjadinya stres pada induk ikan patin.
4)
Pemijahan
Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang sulit
memijah secara alami jika tidak berada di habitat aslinya. Untuk itu
pemijahan yang dilakukan adalah pemijahan dengan kawin suntik. pemijahan ikan
patin dilakukan dengan menggunakan ovaprim. Penyuntikan ovaprim dilakukan di
belakang sirip punggung ikan dengan kemiringan 450. Setelah
disuntik induk dikembalikan ke dalam bak atau fiber. Terhitung 12 jam dari
proses penyuntikan, selanjutnya dilakukan stripping
(pengurutan) untuk induk betina dan pengeluaran sperma untuk induk jantan.
Induk patin yang telah dilakukan stripping dikembalikan ke dalam bak.
Selanjutnya pengambilan sperma pada induk jantan dilakukan secara
perlahan-lahan, kemudian sperma yang terambil dimasukan ke dalam sebuah wadah.
Setelah itu sperma tersebut dicampurkan ke dalam mangkok yang berisi telur
kemudian diaduk secara perlahan dengan menggunakan bulu ayam. Setelah
pengadukan dirasa cukup kemudian telur ditebar ke dalam akuarium yang telah
dilengkapi aerasi.
5)
Penetasan Telur
Penetasan telur dilakukan pada
akuarium yang terdapat di dalam hatchery dengan ukuran 100x40x35cm3. Setiap
akuarium kurang lebih ditebar sebayak 12.000 telur. Telur menetas pada suhu
29-300C. Untuk menjaga agar suhu stabil, dinyalakan kompor gas dalam
ruangan tersebut sebagai heater.
6)
Pemeliharaan Larva
Larva ikan patin ditampung sementara di tempat penampungan larva. Tempat
penampungan larva berupa kain hapa (trilin) yang dipasang di dalam bak
penampungan larva. Hal tersebut dilakukan
agar memudahkan pemanenan larva saat
akan dipindahkan ke tempat pemeliharaan. Agar larva patin tidak mengalami
stres, kualitas air di tempat penampungan larva dan tempat pemeliharaan,
khususnya suhu atau temperatur dibuat mendekati sama seperti menggunakan kompor sama
seperti saat penetasan.
7)
Pakan dan pemberian pakan
Pemebreian pakan dilakukan sehari setelah larva
ditebar. Pemberian pakan pertama untuk larva adalah artemia. Kemudian pemberian
pakan dengan cacing sutera dilakukan pada hari ke enam sampai hari ke dua puluh
lima. Pemberian pakan berupa pelet dilakukan pada saat benih berumur 26 hari
sampai panen. Panen yang digunakan adalah pakan pelet crumble dengan merk 581
dan 582.
8)
Pengelolaan Kualitas Air
Kualitas air
merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam melakukan
kegiatan pembenihan ikan patin. Air yang digunakan untuk pembenihan ikan patin siam
harus bersih dan jernih serta tidak mengandung kaporit. Hal tersebut dimaksudkan
agar telur-telur ikan patin siam yang sedang ditetaskan dapat menetas dengan
sempurna. Menurut Kordi (2005), air yang digunakan dalam pembenihan patin harus
memenuhi syarat-syarat kualitas air yang baik seperti oksigen, suhu, pH,
kecerahan dan sebagainya.
Air yang digunakan dalam
pembenihan oleh hatchery yang kami
kunjungi berasal dari air sumur bor yang telah ditandonkan terlebih dahulu. pH
air yang digunakan dalam pembenihan kisaran 6-6,5 untuk benih yang masih diberi
pakan larva, sedangkan untuk benih yang sudah berumur satu minggu menggunakan
air dengan pH kisaran 6-7,5.
Pengelolaan yang dilakukan yaitu
menyaring sampah dan membuka saluran pemasukan air agar besar, sehingga volume
air bertambah, namun ketinggian air tetap terjaga. Suhu yang baik untuk
budidaya ikan patin adalah kurang lebih 300C.
9)
Pendederan
Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan ikan patin ukuran tertentu dari hasil
kegiatan pembenihan sebelum dipelihara di tempat pembesaran. Ukuran benih ikan patin
yang dipelihara dari ukuran 1 inchi hingga mencapai ukuran 2-3 inchi.
Kolam yang digunakan untuk pendederan ikan patin
berupa kolam yang airnya tenang. Persiapan kolam untuk pendederan ikan patin dimulai
dengan melakukan pengeringan kolam selama 3-5 hari sampai tanah dasar kolam
menjadi retak-retak. Tujuan pengeringan kolam antara lain untuk membunuh
bibit-bibit penyakit, memudahkan pengolahan tanah dasar dan pemupukan. Kegiatan selanjutnya
adalah pemupukan tanah dasar kolam. Tujuan pemupukan adalah untuk menumbuhkan
makanan alami berupa plankton yang sangat dibutuhkan oleh larva ikan patin yang
baru ditebar. Jenis-jenis pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran
hewan, seperti unggas, sapi, kerbau, kuda ataupun kambing.
Pemupukan dilakukan dengan cara menebarkan pupuk
secara merata ke seluruh permukaan dasar kolam dengan dosis yang sesuai. Selain
penebaran pupuk kadang, pengapuran dilakukan untuk memperbaiki pH tanah serta
untuk membunuh bibit penyakit maupun hama pangganggu. Setelah pemupukan selesai,
kolam diisi air dengan ketinggian 30 cm kemudian dibiarkan selama 3-4 hari.
Tujuannya adalah agar pupuk dapat bereaksi secara sempurna sehingga plankton
dapat tumbuh dengan baik. Pengisian air dilakukan secara bertahap hingga
mencapai ketinggian 75 cm dari dasar kolam.
Setelah itu, penebaran benih ikan patin dilakukan
setelah air kolam stabil. Artinya pengaruh pupuk sudah hilang dan makanan alami
berupa plankton sudah tersedia. Agar benih yang ditebarkan tidak mengalami stres,
penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu air masih rendah.
Untuk lebih aman, penebaran benih dilakukan secara
aklimatisasi yaitu dengan membiarkan ikan patin keluar dengan sendirinya dari
wadah pengangkutan ke dalam kolam pendederan. Proses ini dapat dipercepat
dengan cara menambahkan atau mencampurkan sedikit demi sedikit air yang ada di
kolam pendederan ke dalam wadah pengangkutan sehingga diharapkan kondisi air di
dalam wadah pengangkutan akan sama dengan kondisi air di kolam pendederan.
10)
Hama dan Penyakit
Pada pemeliharaa ikan patin
jarang terdapat hama maupun predator karena kegiatan dilakuka dalam ruangan
tertutup. Namun, sering ditemuka serangan penyakit seperti bintik putih (white spot).
11)
Pemanenan
Pemanenan
dilakukan setelah ikan patin mencapai ukuran ¾ inch. Pemanenan
dilakukan pada pagi hari saat suhu air masih rendah guna menghindari ikan patin
mengalami stres. Pemanenan dilakukan dengan mengeringkan kolam secara
perlahan-lahan, yaitu dengan menutup saluran pemasukan air dan membuka saluran
pembuangan atau pengeluaran yang terletak di dasar kolam.
Setelah tanah dasar kolam kering dan airnya hanya ada
di kemalir, ikan patin digiring dari arah pemasukan air sampai berkumpul di
pintu pengeluaran. Selanjutnya, ikan ditangkap dengan menggunakan alat tangkap
yang tidak merusak atau yang dapat menyebabkan ikan luka-luka yaitu scop net (serokan).
Setelah itu, ikan patin ditampung sementara dengan air yang mengalir
menggunakan jaring atau hapa.
Setelah itu ikan
disortir dan dihitung dengan menggunakan centong. Kemudian benih ikan
patin dikemas ke dalam kantong plastik. Benih yang akan dipacking dipuasakan terlebih
dahulu, agar tidak mengalami stress.
2.1.5
Layout
Layout
merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan
fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian pengertian layout
mencakup layoutsite (layout lahan lokasi bisnis), layout pabrik, layout
bangunan bukan pabrik dan fasilitas-fasilitasnya. Layout atau tataletak farm
dapat dilihat pada denah yang akan kami paparkan.
Pada umumnya jenis lay-out didasarkan pada situasi sebagai berikut:
a.
Posisi Tetap (fixed
position)
Lay-out
jenis ini ditujukan pada proyek yang karena ukuran, bentuk atau hal-hal lain
yang menyebabkan tidak mungkin untuk memindahkan produknya. Jadi
produk tetap ditempat sedangkan peralatan dan tenaga kerja yang mendatangi
produk. Contohnya gedung, pembuatan kapal.
b.
Orientasi Proses (process
Oriented)
Lay-out
jenis ini didasarkan pada proses produksi barang atau pelayana jasa. Lay-out
jenis ini dapat secara bersamaan menangani suatu produk atas jasa yang berbeda.
Contohnya rumah sakit. Proses lay-out (fungtional lay-out), merupakan jenis
lay-out dengan menempatkan mesin-mesin atau peralatan yang sejenis atau mempunyai
fungsi yang sama dalam suatu kelompok atau satu ruangan. Contohnya untuk
industry tekstil semua mesin pemotong dikelompokkan dalam satu area atau semua
mesin jahit dikelompokkan dalm satu area.
c.
Tata Letak Kantor (office lay-out)
Lay-out
jenis ini berkaitan dengan posisi pekerja, peralatan kerja,tempat yang
diperuntukkan untuk perpindahan informasi. Jika perpindahan informasi semuanya
diselesaikan dengan telepon/alat telekomunikasi, masalah lay-out akan sangat
mudah. Jika perpindahan orang dan dokumen dilakukan secara alamiah lay-out
perlu dipertimbangkandengan matang.
d.
Tata letak pedagang
eceran/pelayanan (retail and service Lay-Out)
Yaitu lay-out
yang berkenaan dengan pengaturan dan lokasi tempat serta arus bermacam produk
atau barang agar lebih banyak barang yang dapat dipajang sehingga lebih besar
penjualannya.
e.
Tata
Letak Gudang (warehouse Lay-Out)
Lay-out
ini ditujukan pada efisiensi biaya penanganan gudang dan memaksimalkan dan
memaksimalkan pemanfaatan ruangan gudang. Tujuannya untuk memperoleh optimum
trade-off antara biaya penanganan dan ruang-ruang gudang.
2.1.6 Pemilihan Jenis Equipment
Peralatan yang digunakan dalam proses produksi
adalah :
a.
Fasilitas utama :
-
Wadah. Wadah yang digunakan adalah wadah
pemeliharaan induk, penetasan telur, pemeliharaan larva, dan penetasan
arthemia.
No
|
Wadah
|
Bahan
|
Bentuk
|
Dimensi
|
Jumlah
|
1
|
Pemeliharaan
induk
|
Kolam tanah
|
persegi
|
10x5x1m
|
5
|
2
|
Hapa
|
Jaring
|
persegi
|
2x2x1m
|
4
|
3
|
Tandon
|
Terpal
|
persegi
|
4x10x1cm
100x50x40cm
|
2
5
|
4
|
Pemeliharaan larva
|
Kaca
|
persegi
|
100x40x35cm
100x50x35cm
|
80
51
|
5
|
Penetasan larva arthemia
|
Plastik, air
|
Ember
|
20cm
t= 30cm
|
30
|
6
|
Pemanenan arthemia
|
Fiber
|
Tabung
|
r = 40cm, t= 80cm,
|
1
|
7
|
Tempat cacing sutera
|
Plastik
|
Baskom
|
R=50cm, t=25cm
|
8
|
b.
Fasilitas Pendukung
1.
Bangunan
Bangunan yang ada di Tania Aquaculture di farm Ciampea terdiri dari hatchery, gudang pakan dan peralatan,
rumah pegawai.
2.
Peralatan Pengepakan (Packing)
Peralatan packing yang
digunakan pada perusahaan Tania Aquaculture diantaranya yaitu plastik ukuran
40x60 cm, karet gelang, tabung oksigen, box sterofoam,
dan alat tulis. Plastik ukuran 40x60 cm, karet gelang, box sterofoam, digunakan untuk wadah packing benih. Tabung oksigen, digunakan untuk menyimpan oksigen
yang akan digunakan ketika packing,
dan alat tulis yang digunakan untuk memberi tanda/nomor pada box sterofoam dan mencatat data yang
diperlukan.
LAMPIRAN
Gambar Layout salah satu Hatchery Tania Aquculture |
No comments:
Post a Comment