1. Aspek Pasar dan Pemasaran
Perencanaan bisnis yang
perlu dikaji dari segi kelayakan salah satunya adalah aspek pasar dan
pemasaran.Pasar dan pemasaran merupakan dua sisi yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pasar dan pemasaran memiliki tingkat ketergantungan yang
tinggi dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Dengan kata lain, setiap ada
kegiatan pasar selalu diikuti oleh pemasaran dan setiap kegiatan pemasaran
adalah untuk mencari atau menciptakan pasar (Kasmir dan Jakfar 2014).
Pemasaran adalah proses
sosial dan manajerial dengan seseorang atau kelompok dalam memperoleh apa yang
mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk yang bernilai
(Kotler 2007). Pasar merupakan pelanggan potensial yang mempunyai kebutuhan
atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia dan mampu melibatkan diri dalam
suatu perkara guna memuaskan kebutuhan atau keinginan tersebut (Kotler 2007).
a. Tinjauan S-T-P
Agar investasi atau
bisnis yang akan dijalankan dapat berhasil dengan baik, maka sebelumnya perlu
melakukan strategi bersaing yang tepat. Unsur strategi persaingan ini adalah
menentuka segmentasi pasar (segmentation), menetapkan pasar sasaran (targeting),
dan menentukan posisi pasar (positioning), atau sering disebut dengan
STP (Kasmir dan Jakfar 2014).
Kotler dan Keller (2007:292) menyatakan “segmen
pasar terdiri dari kelompok pelanggan yang memiliki seperangkat keinginan yang
sama ...”. Artinya dalam segmentasi kita perlu mengidentifikasi kelompok
pelanggan yang menginginkan produk yang kita pasarkan. Kelompok tersebutlah
yang nantinya menjadi sasaran penjualan produk kita.
“... Beberapa periset berusaha membentuk segmen
dengan mengamati ciri-ciri konsumen, seperti ciri geografis, demografis, dan
psikografis. Kemudian mereka memeriksa apakah segmen konsumen itu menunjukkan
kebutuhan atau tanggapan yang berbeda ...” (Kotler dan Keller 2007:301).
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa dalam segmentasi pasar dapat diuraikan
dengan membagi konsumen berdasarkan ciri-ciri mereka. Dari pembagian ciri-ciri
tersebut nantinya akan didapatkan segmen yang tepat untuk memasarkan produk
yang direncanakan. Sehingga dalam segmentasi pasar perlu adanya identifikasi
konsumen berdasarkan ciri-ciri tersebut.
- Pasar sasaran (targetting)
Setelah perusahaan mengidentifikasi
peluang-peluang segmen pasarnya, ia harus mengevaluasi beragam segmen dan
memutuskan berapa banyak dan segmen mana yang akan dibidik. Pemasar semakin
menggabungkan beberapa variabel dalam upaya mengidentifikasi kelompok sasaran
lebih kecil yang terdefinisi dengan lebih baik (Kotler dan Keller 2007).
Menentukan
posisi pasaryaitu menetukan posisi yang kompetitif untuk produk atau suatu
pasar. Kegiatan ini dilakukan setelah menentukan segmen mana yang akan
dimasuki, maka harus pula menetukan posisi mana yang ingin ditempati dalam
segmen tersebut. .“... Tujuan penetapan posisi pasar adalah untuk membangun dan
mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang dihasilkan ke dalam benak
konsumen.” (Kasmir dan Jakfar 2014: 51).
b. Bauran Pemasaran
Satu lukisan tradisional
tentang kegiatan pemasaran adalah dari segi bauran pemasaran, yang telah
didefinisikan perangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar
tujuan pemasarannya. McCarthy mengklasifikasikan alat-alat ini menjadi empat
kelompok besar, yang dia sebut empat P tentang pemasaran: produk (poduct),
harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion)
(Kotler dan Keller 2007).
Produk
merupakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Produk
dapat berupa barang atau jasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia produk berarti barang atau jasa yg dibuat
dan ditambah gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses produksi itu
Harga
adalah sejumlah uang yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu
barang atau jasa. Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan,
mengingat harga merupakan salah satu penyebab laku tidaknya produk yang
ditawarkan.
Kegiatan
pemasaran yang ketiga adalah penentuan lokasi dan distribusi. Penetuan lokasi
dan distribusi beserta sangat penting, hal ini bertujuan agar konsumen mudah menjangkau lokasi yang ada serta memudahkan dalam mendistribusikan
barang dan jasa.
- Promosi (Promotion)
Dalam
kegiatan ini setiap perusahaan berusaha untuk mempromosikan seluruh produk atau
jasa yang dimilikinya baik langsung maupun tidak langsung. Tanpa promosi jangan
diharapkan pelanggan dapat mengenal produk atau jasa yang ditawarkan. Salah
satu tujuan promosi adalah menginformasikan segala jenis produk yang ditawarkan
dan berusaha menarik calon konsumen yang baru.
3. Aspek Produksi
Menurut Kasmir dan Jakfar (2014) aspek produksi juga
dikenal sebagai aspek teknis dan teknologi untuk menilai kesiapan perusahaan
dalam menjalankan usahanya dengan menilai ketepatan lokasi,luas produksi, dan
layout serta kesiagaan mesin-mesin yang akan digunakan. Aspek teknis dan
teknologi juga dikenal sebagai aspek produksi. Penilaian kelayakan terhadap
aspek ini sangat penting dilakukan sebelum perusahaan dijalankan. Penentuan
kelayakan teknis atau operasi perusahaan menyangkut hal-hal yangn berkaitan
dengan teknis/operasi, sehingga apabila tidak dianalisis dengan baik, maka akan
berakibat fatal bagi perusahaan dalam perjalanannya di kemudian hari.
4. Aspek Organisasi dan Manajemen
Aspek organisasi dan manajemen merupakan
aspek yang cukup penting dianalisis untuk kelayakan suatu usaha. Karena
walaupun suatu usaha telah dinyatakan layak untuk dilaksanakan tanpa didukung
dengan manajemen dan organisasi yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami
kegagalan.
Organisasi adalah sistem kegiatan yang
terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan
dibawah kekuasaan dan kepemimpinan. Organisasi memang sengaja direncanakan dan
strukturnya dengan secara tegas disusun. Struktur organisasi menggambarkan
tugas,wewenang, dan tanggung jawab masing-masing bagian ( Kasmir dan Jakfar
2014).
Proses manajemen akan tergambar dari
masing-masing fungsi yang ada dalam manajemen. Fungsi-fungsi manajemen tidak
akan berjalan sendiri-sendiri, akan tetapi harus dilakasanakan secara berkesinambungan,
karena kaitan antara satu fungsi dan fungsi lainnya sangat erat. Untuk
keperluan studi kelayakan bisnis yang perlu dianalisis adalah bagaimana fungsi
manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan
diterapkan secara benar (Kasmir dan Jakfar 2014).
5. Aspek Sosial dan Lingkungan
Aspek lingkungan hidup merupakan salah satu
aspek yang sangat penting untuk ditelaah sebelum suatu investasi atau usaha
dijalankan. Sudah tentu telaah yang dilakukan untuk mengetahui dampak yang
ditimbulkan jika suatu investasi jadi dilakukan, baik dampak negatif maupun yang berdampak
positif. Dampak yang timbul ada yang langsung mempengaruhi pada saat kegiatan usaha/proyek
dilakukan sekarang atau baru terlihat beberapa waktu kemudian di masa yang akan
datang.
Dampak lingkungan hidup yang terjadi adalah berubahnya suatu lingkungan dari
bentuk aslinya seperti perubahan fisik kimia, biologi, atau social. Perubahan
lingkungan ini jika tidak diantisipasi dari awal akan merusak tatanan yang
sudah ada, baik terhadap fauna, flora, maupun manusia itu sendiri ( Kasmir dan
Jakfar 2014).
6. Aspek Finansial
Aspek finansial mengkaji jumlah dan sumber
dana yang digunakan, serta keuntungan yang didapat setelah proyek berjalan.
Dari perhitungan tersebut dapat diperoleh sebuah keputusan apakah proyek bisa
menguntungkan secara finansial bagi investor. Menurut Kasmir dan Jakfar (2013) “salah satu cara untuk
menilai apakah investasi ini layak atau tidak layaknya dapat dilihat dari
aliran kas (cash flow) perusahaan...”. Alat ukur untuk menentukan kelayakan suatu
usaha berdasarkan kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net
Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Payback
Periode (PP) dan Analisis sensitivitas dengan metode switching value.
Selain itu, analisis laporan laba/rugi juga digunakan untuk mengetahui apakah
usaha ini mengalami untung atau rugi setiap tahunnya. Juga dilakukan analisis incremental net
benefit untuk mengetahui perbandingan antar dengan dan tanpa pengembangan
dalam bisnis.
a.
Net
Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang menurut Pasaribu (2012) “...merupakan
nilai sekarang (present value) dari selisih antara benefit (manfaat)
dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu”. Net Present Value (NPV) secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
NPV =
-
=
Dimana :
Bt = Manfaat
pada tahun t
Ct = Biaya pada
tahun t
i
= Tingkat Discount Rate (%)
t = Tahun
kegiatan bisnis (t = 1, 2, 3, ...,n)
Jika :
a.
NPV >
0, maka bisnis layak untuk dijalankan
b.
NPV = 0,
maka tidak menguntungkan juga tidak merugikan
c.
NPV <
0, maka bisni tidak layak untuk dijalankan
b.
Gross
Benefit Cost Ratio (gross B/C)
Gross B/C menurut
Pasaribu (2012) “adalah rasio antara jumlah present value benefit (PVB)
dengan present value cost (PVC)”. Rasio ini menunjukkan jumlah
perbandingan antara pendapatan dengan biaya yang dimiliki pada nilai sekarang.
Perhitungan dari gross B/C sebagai berikut:
Jika nilai gross B/C > 1 maka usaha yang
dihitung layak untuk dilaksanakan. Sedangkan apabila nilai gross B/C
< 1 maka usaha tersebut tidak layak karena pendapatan yang diterima tidak
dapat menutupi biaya yang dikeluarkan.
c.
Net
Benefit – Cost Ratio
Net B/C ratio menurut Kashmir dan Jakfar
(2013) “rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang
penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur
investasi”. Sedangkan menurut Pasaribu (2012) “adalah
perbandingan antara jumlah NPV positif dengann jumlah NPV negatif. Hal ini menunjukkan
bahwa besarnya benefit berapa kali besarnya biaya dan investasi untuk
memperoleh suatu manfaat”. Secara matematis net B/C dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Jika Net B/C > 1, maka
bisnis layak untuk dijalankan. Setiap biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan
manfaat bersih yang lebih besar dari pengeluaran tersebut. Namun jika Net B/C = 1, maka bisnis tersebut tidak menguntungkan juga tidak merugikan. Sedangkan jika Net B/C
< 1, maka bisni tidak layak untuk dijalankan.
Setiap biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih yang lebih kecil
dari yang dikeluarkan tersebut.
d.
Internal
Rate Of Return (IRR)
IRR adalah salah satu metode untuk mengukur
tingkat investasi. Tingkat investasi adalah suatu tingkat bunga dimana seluruh net
cashflow setalah dikalikan dengan discount factor atau telah di-present
value-kan nilainya sama dengan initial investment (Rangkuti 2006).
Dalam Kashmir dan Jakfar (2013),IRR (Internal Rate
Of Return) secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dimana :
= Discount rate yang menghasilkan NPV
positif
Jika IRR>DR (i), maka bisnis layak untuk dijalankan. Apabila IRR=DR (i),
maka bisnis tersebut tidak menguntungkan juga tidak merugikan. Sedangkan jika IRRi
), maka bisnis tidak layak untuk dijalankan.
e.
Payback
Period
Dalam Rangkuti (2006), payback periode adalah
suatu periode yang menunjukkan berapa lama modal yang ditanamkan dalam proyek
tersebut kembali. Secara matematis PP dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Dimana :
I =
Besarnya biaya investasi yang diperlukan (Rp)
Ab =
Rata-rata penerimaan bersih yang diperoleh setiap tahunnya (Rp)
Jika nilai waktu
dari payback periode lebih singkat daripada umur bisnis maka usaha
tersebut layak untuk dijalankan.
f.
Nilai
Penyusutan
Bisnis yang menggunakan biaya investasi akan mengalami penurunan
nilai (penyusutan). Nilai penyusutan tersebut di hitung menggunakan metode
garis lurus. Dengan metode garis lurus dalam menghitung penyusutan berarti
bebean penyusutan dibebankan secara merata selama estimasi umur aktivitas
tersebut. Metode penyusutan garis lurus dirumuskan sebagai berikut:
Dimana :
P = Jumlah penyusutan per tahun (Rp)
B = Harga beli aset (Rp)
S = Nilai sisa (Rp)
n = Umur teknis aset (tahun)
g.
Analisis
Laporan Laba/Rugi
Laporan laba/rugi merupakan laporan keuangan yang
menggambarkan hasil usaha dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar
jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan serta jumlah biaya dan
jenis-jenis biaya yang dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar 2014).
h.
Analisis nilai pengganti (switching value)
Analisis switching value merupakan
perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatau komponen inflow
(penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan outflow
(peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi dalam bisnis
agar masih tetap layak ((Nurmalina dan Sarianti 2012).
i.
Analisisi Incremental Net Benefit
Menurut pendapat Campbell dan Brown () “...Such
an improvement in the net cash flow we call the incremental cash flow (or
incremental net benefit flow). Generally defined it is the difference between
the net benefit flow with the new investment and the net benefit flow without
this investment”. Pendapat tersebut menrangkan bahwa analisis incremental net benefit dibuat
dengan menggunakan dua cashflow yakni cashflow dengan
pengembangan dan cashflow tanpa pengembangan. Dengan
analisis ini suatu pengembangan bisnis dapat dievaluasi apakah strategi
pengembangan tersebut sesuai degnan apa yang diharapkan atau tidak.
No comments:
Post a Comment