Pengertian Modal Kerja
Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam aktiva jangka
pendek seperti kas, sekuritas (surat – surat berharga), piutang dagang dan persediaan. Jadi
modal kerja ini disebut modal kerja bruto ( gross working capital ). Sedang modal
kerja bersih ( net working capital ) adalah aktiva lancar dikurangi hutang
lancar. Manajemen modal kerja didefinisikan secara luas mencakup semua aspek
pengelolaan baik aktiva lancar maupun huntang lancar.
Menurut Wasis (1991, p.63) Modal
Kerja adalah dana yang ditanamkan dalam aktiva lancar, oleh karena itu dapat
berupa kas, piutang, surat – surat berharga, persediaan dan lain-lain. Modal
kerja bruto adalah keseluruhan dari aktiva / harta lancar yang terdapat dalam
sisi debet neraca. Modal kerja neto adalah keseluruhan harta lancar dikurangi
utang lancar. Dengan perkataan lain modal kerja neto adalah selisih antara
aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar.
Modal kerja menurut Droms
(1991:131) adalah The term working
capital generally refers to a firm's investment in current asset over current
liabilities. Net working capital refers to the excess of current assets over
current liabilities and can be thought of as the circulating capital of a
business firm. Effective control of this circulating capital is one of the most
important Junctions of financial management.
A.
Persediaan
1.
Penegertian Persediaan
Menurut Prawirosentono, persediaan
adalah aktiva lancar yang terdapat dalam perusahaan dalam bentuk persediaan
bahan mentah (bahan baku / raw material,
bahan setengah jadi / work in process
dan barang jadi / finished goods).
Persediaan adalah bagian utama
dari modal kerja, merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan persediaan adalah suatu
aktiva yang harus tersedia dalam perusahaan pada saat diperlukan untuk menjamin
kelancaran dalam menjalankan perusahaan.
2.
Fungsi dan Manfaat Persediaan
Fungsi tersebut menurut Handoko,
antara lain :
a)
Fungsi
Decoupling
Persediaan decoupling ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintan
langganan tanpa tergantung pada supplier. Untuk dapat memenuhi fungsi ini
dilakukan cara-cara sebagai berikut:
·
Persediaan
bahan mentah disiapkan dengan tujuan agar perusahaan tidak sepenuhnya
tergantung penyediaannya pada suplier dalam hal kuantitas dan pengiriman.
·
Persediaan
barang dalam proses ditujukan agar tiap bagian yang terlibat dapat lebih
leluasa dalam berbuat.
·
Persediaan
barang jadi disiapkan pula dengan tujuan untuk memenuhi permintaan yang bersifat
tidak pasti dari langganan.
b)
Fungsi
Economic Lot Sizing
Tujuan dari fungsi ini adalah
pengumpulan persediaan agar perusahaan dapat berproduksi serta menggunakan
seluruh sumber daya yang ada dalam jumlah yang cukup dengan tujuan agar dapat
menguranginya biaya perunit produk.
c)
Fungsi
Antisipasi
Perusahaan sering menghadapi
ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang barang selama
periode pemesanan kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan lebih. Persediaan
antisipasi ini penting agar proses produksi tidak terganggu. Sehubungan dengan
hal tersebut perusahaan sebaiknya mengadakan seaseonal inventory (persediaan musiman).
Adapun manfaat dari persediaan
adalah menjamin kebebasan atau kelancaran kegiatan operasional internal dan eksternal
sehingga permintaan pelanggan dapat terpenuhi tanpa tergantung pemasok.
Persediaan adalah barang yang
dimiliki untuk dijual atau untuk diproses selanjutnya dijual. Berdasarkan
pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, perusahaan
dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedang perusahaan industri
memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang
dalam proses dan persediaan barang jadi (siap untuk dijual).
Dalam laporan keuangan, persediaan
merupakan hal yang sangat penting karena baik laporan Rugi/Laba maupun Neraca
tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam
penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam laporan Rugi/Laba
maupun neraca.
Dalam perhitungan Rugi/Laba nilai
persediaan (awal & akhir) mempengaruhi besarnya Harga Pokok Penjualan
(HPP).
HPP
= PERSEDIAAN AWAL+PEMBELIAN BERSIH– PERSEDIAAN AKHIR
3.
Penilaian Persediaan
Masalah-masalah yang timbul dalam
penilaian persediaan dalam satu periode adalah :
·
Menetapkan
jumlah dan nilai persediaan yang sudah terjual / sudah menjadi biaya.
·
Menentukan
jumlah dan nilai persediaan yang belum terjual (yang harus dilaporkan di neraca)
Dalam mengatasi
masalah tersebut perusahaan harus menentukan metode dan sistem pencatatan yang
akan digunakan oleh perusahaan tersebut. Penentuan metode dan sistem pencatatan
perusahaan harus sesuai dengan sistem penyimpanan atau pengelolaan persediaan
yang dilakukan perusahaan tersebut.
B.
Jenis-jenis Persediaan
Berdasarkan kepada fungsinya
persediaan dikelompokkan menjadi:
·
Lot-size-inventory yaitu persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih
besar dari jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Cara ini dilakukandengan
tujuan agar memperoleh potongan harga (quantity discout) karena pembelian dalam jumlah yang besar,
dan memperoleh biaya pengangkutan per unit yang rendah.
·
Fluctuation stock merupakan persediaan yang diadakan
untuk menghadapi permintaan yang tidak bisa diramalkan sebelumnya, serta
untuk mengatasi berbagai kondisi tidak terduga seperti, terjadi kesalahan
dalam peramalan penjualan, kesalahan waktu produksi, kesalahan pengiriman.
·
Anticipation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk
menghadapifluktuasi permintaan yang dapat diramalkan seperti mengantisipasi
pengaruhmusim, dimana pada saat permintaan tinggi perrusahaan tidak
mampumenghasilkan sebanyak jumlah yang dibutuhkan. Disamping itu
juga persediaan ini ditujukan untuk mengantisipasi kemungkinan
sulitnyamemperoleh bahan sehingga tidak menggangu operasi perusahaan.
C.
Alasan Diadakannya Persediaan
Pada prinsipnya semua perusahaan melaksanakan
proses produksi akan menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kelangsungan
proses produksi dalam perusahaan tersebut. Beberapa hal yang menyangkut
menyebabkan suatu perusahaan harus menyelenggarakan persediaan bahan baku
menurut Ahyari (2003:150), adalah:
Bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan
proses produksi perusahaan tersebut tidak dapat dibeli atau didatangkan secara
satu persatu dalam jumlah unit yang diperlukan perusahaan serta pada saat
barang tersebut akan dipergunakan untuk proses produksi perusahaan tersebut.
Bahan baku tersebut pada umumnya akan dibeli dalam jumlah tertentu, dimana
jumlah tertentu ini akan dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan proses produksi
perusahaan yang bersangkutan dalam beberapa waktu tertentu pula. Dengan keadaan
semacam ini maka bahan baku yang sudah dibeli oleh perusahaan namun belum
dipergunakan untuk proses produksi akan masuk sebagai persediaan bahan baku
dalam perusahaan tersebut.
Apabila perusahaan tidak mempunyai persediaan
bahan baku, sedangkan bahan baku yang dipesan belum datang maka pelaksanaan
proses produksi dalam perusahaan tersebut akan terganggu. Ketiadaan bahan baku
tersebut akan mengakibatkan terhentinya pelaksanaan proses produksi pengadaan
bahan baku dengan cara tersebut akan membawa konsekuensi bertambah tingginya
harga beli bahan baku yang dipergunakan oleh perusahaan.
Untuk menghindari kekurangan bahan baku
tersebut, maka suatu perusahaan dapat menyediakan bahan baku dalam jumlah yang
banyak. Tetapi persediaan bahan baku dalam jumlah besar tersebut akan
mengakibatkan terjadinya biaya persediaan bahan yang semakin besar pula.
Besarnya biaya yang semakin besar ini berarti akan mengurangi keuntungan
perusahaan. Disamping itu, resiko kerusakan bahan juga akan bertambah besar
apabila persediaan bahan bakunya besar.
D.
Pengelolaan Persediaan
Salah satu fungsi manajerial yang sangat
penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan
(inventory control ), karena
kebijakan persediaan secara fisik akan berkaitan dengan investasi dalam
aktiva lancar di satu sisi dan pelayanan kepada pelanggan di sisi lain. Pengaturan persediaan
ini berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis (operation, marketing, dan finance). Sebuah perusahaan manufaktur tidak akan terlepas dari persoalan inventori yang seringkali memberikan kesulitan.
Kesulitan tidak hanya terjadi karena banyaknya kesalahan manusia dalam
mencatat tetapi juga kesulitan yang ditimbulkan karena tata letak yang tidak
diatur dengan baik. Pengaturan tata letak barang dalam gudang tidaklah mudah
jika dilakukan secara manual. Selain banyaknya proses keluar masuk barang,
kesulitan juga ditimbulkan oleh proses pencarian barangyang harus dikeluarkan
dari gudang.
Kelancaran bisnis perlu ditunjang dengan
adanya persediaan barang dagangan. Untuk menjaga tingkat persediaan barang,
dapat ditempuh oleh setiap perusahaan dengan cara pengelolaan dan pengendalian
persediaan barang sesuai dengan jumlah yang direncanakan. Adapun tujuan
dikelolanya persediaan barang adalah:
a)
Untuk menjaga jangan sampai persediaan habis,
b)
Untuk menjaga jangan sampai mengecewakan
konsumen,
c)
Untuk menjaga agar jangan sampai jumlah
perseidaan barang dagangan berlebihan.
d)
Untuk efisiensi atau mencukupi
modal kerja yang digunakan
Dalam
melakukan pengelolaan persediaan barang dagangan, ada beberapa hal yang perlu
di perhatikan, yaitu:
a) Sistem pencatatan yang paling tepat,
·
Pencatatan secara terus menerus (perpetual
system).
Dalam metode ini pencatatan persediaan
dilakukan setiap terjadi transaksi yang mempengaruhi persediaan. Saldo
perkiraan persediaan akan menunjukan saldo persediaan yang sebenarnya. Dengan
demikian pada saat penyusunan laporan keuangan tidak diperlukan ayat jurnal
penyesuaian. Pencatatan transaksi kedalam perkiraan persediaan, adalah
berdasarkan harga pokok produksi, baik transaksi pembelian maupun penjualan.
Metode ini akan menampilkan dapat menyediakan laporan neraca setiap saat
baik untuk di print out maupun secara visual.
·
Pencatatan secara periodik (periodic system).
Dalam metode ini pencatatan
persediaan hanya dilakukan pada akhir periode akuntansi melalui ayat jurnal
penyesuaian. Transaksi yang mempengaruhi persediaan, dicatat masing-masing
dalam perkiraan tersendiri sebagai berikut: Pembelian , Retur pembelian ,
Penjualan dan Retur penjualan.
Metode ini sudah mulai
ditinggalkan karena secara jelas tidak mendukung integrasi sistem dimana, sepanjang
periode
akuntansi berjalan tidak tersedia data mengenai posisi persediaan. Hal
ini menyebabkan data bagian akuntansi kurang mendukung operasional.
Laporan neraca dan rugi/laba tidak akan dapat dibuat sebelum nilai persediaan
diketahui.
b) Metode pencatatan yang tepat untuk menetukan
persediaan,
Mengenai metode pencatatan persediaan barang dagangan
dapat digunakan cara berikut.
1.
First-in,
First-out (FIFO)
Barang
yang pertama masuk, barang itulah yang lebih dahulu dikeluarkan.
2.
Last-in,
First-out (LIFO)
Barang
yang paling akhir masuk, barang itulah yang lebih dahulu dikeluarkan.
3.
Average Cost (AC)
Barang-barang
yang dikelurakan dicatat berdasarkan harga rata-ratanya.
c) Menghitung persediaan barang dagangan,
Dengan mengetahui dan memahami sistem
pencatatan dan metode pencatatan, akan dapat dihitung persediaan barang
dagangan dengan tepat sehingga dapat mengukur pengadaan persediaan barang
dagangan dengan tingkat persediaan yang menguntungkan.
d) Menyusun laporan persediaan.
Setelah menghitung dan mencatat persediaan barang,
selanjutnya perlu disusun laporan persediaan barang dagangan. Penyusunan
laporan perlu dibuat dalam rangka pelaksanaan administrasi. Laporan persedian
barang dagangan dibuat secara periodik. Data yang diperlukan untuk menyusun
laporan ini diperoleh dari:
·
Buku pembelian (tunai/kredit)
·
Buku penjualan (tunai/kredit)
·
Kartu persediaan gudang
·
Kartu persediaan di took
·
Kartu retur pembelian
·
Kartu retur penjualan.
Buku pembelian, buku penjualan serta kartu retur
pembelian dan penjualan digunakan sebagai alat penguji kebenaran keluar masuk
barang di gudang sesuai dengan salinan surat kiriman barang, surat penerimaan,
faktur penjualan dan sebagainya. Sedangkan kartu persediaan barang di gudang
dan di took digunakan untuk melihat kenyataan barang yang tersedia dan meneliti
antara catatan di kartu persediaan dengan jumlah barang sebenarnya secara
fisik.
Selain itu ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi agar dapat memenuhi modal kerja, salah satunya harus memenuhi persyaratan-persyaratan menurut
Sofjan Assauri (2004:176) adalah sebagai berikut.
a)
Terdapatnya gudang yang cukup luas dan teratur dengan pengaturan tempat
bahan atau barang yang tetap dan identifikasi bahan atau barang tertentu.
b)
Sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang dapat
dipercaya terutama penjaga gudang.
c)
Suatu system pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan bahan atau
barang.
d)
Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan atau barang.
e)
Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukan jumlah yang dipesan yang
dibagikan atau dikeluarkan dan yang tersedia dalam gudang.
f)
Pemeriksaan fisik bahan atau barang yang ada dalam persediaan secara
langsung.
g)
Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang telah dikeluarkan.
Barang-barang yang telah lama dalam gudang dan barang –barang yang sudah usang
dan ketinggalan zaman.
h)
Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin
No comments:
Post a Comment