Search

Laman

Saturday 28 June 2014

Perangkat Organisasi Koperasi

Rapat Anggota (RA)
                Anggota memiliki kekuasaan tertinggi dalam koperasi, yang tercermin dalam forum Rapat Anggota, sering kali secara teknis disebut RAT (Rapat Anggota Tahunan). Fungsi Rapat Anggota adalah :
  1. Menetapkan Anggaran Dasar/ART.
  2. Menetapkan Kebijaksanaan Umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha koperasi.
  3. Menyelenggarakan pemilihan, pengangkatan, pemberhentian, pengurus dan atau pengawas.
  4. Menetapkan Rencana Kerja, Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi serta pengesahan Laporan Keuangan.
  5. Mengesahkan Laporan Pertanggung-jawaban Pengurus dan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya.
  6. Menentukan pembagian Sisa Hasil Usaha.
  7. Menetapkan keputusan penggabungan, peleburan, dana pembubaran Koperasi.
Pengawas
                Pengawas sebagai salah satu perangkat organisasi koperasi diangkat dari dan oleh Anggota dalam Rapat Anggota Tahunan, sesuai pasal 38 UU No. 25 Tahun 1992. Berdasarkan ketentuan Pasal 39 UU No.25 Tahun 1992, fungsi tugas dan wewenng pengawas antara lain :
  1. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan Pengurus dan Pengelola Koperasi.
  2. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya.
  3. Meneliti catatan yang ada pada koperasi.
  4. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.
  5. Merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga.
  6. Memeriksa sewaktu-waktu tentang keuangan dengan membuat berita acara pemeriksaannya.
  7. Memberikan saran dan pendapat serta usul kepada pengurus atau Rapat Anggota mengenai hal yang menyangkut kehidupan koperasi.
  8. Memperolah biaya-biaya dalam rangka menjalankan tugas sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
  9. Mempertanggungjawabkan hasil pemeriksaannya pada RAT.
Pengurus
                Pengurus dipilih dari dan oleh Anggota Koperasi, dan berperan mewakili anggota dalam menjalankan kegiatan organisasi maupun usaha koperasi. Pengurus dapat menunjuk manajaer dan karyawan sebagai pengelola untuk menjalankan fungsi usaha sesuai dengan ketentuanketentuan yang ada, sebagaimana jelas tercantum dalam pasal 32 UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
                Pengurus memperoleh wewenang dan kekuasaan dari hasil keputusan RAT Pengurus berkewajiban melaksanakan seluruh keputusan RAT guna memberikan manfaat kepada anggota koperasi. Pengurus merumuskan berbagai kebijaksanaan yang harus dilakukan pengelola (Tim Manajemen) dan menjalankan tugas-tugasnya sebagai berikut :
  1. Mengelola organisasi koperasi dan usahanya
  2. Membuat dan mengajukan Rancangan Program Kerja Serta Rancangan RAPBK (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi).
  3. Menyelenggarakan Rapat Anggota
  4. Mengajukan Laporan Keuangan dan Pertanggung jawaban Pelaksanaan Tugas.
  5. Menyelenggarakan pembukaan keuangan dan invetaris secara tertib.
  6. Memelihara daftar buku Anggota, buku Pengurus dan Pengawas.
  7. Memberikan Pelayanan kepada Anggota Koperasi dan Masyarakat.
  8. Mendelegasikan tugas kepada manajer
  9. Meningkatkan pengetahuan perangkat pelaksanaan dan anggota.
  10. Meningkatkan penyuluhan dan pendidikan kepada anggota
  11. Mencatat mulai sampai dengan berakhirnya masa kepengurusan pengawas dan pengurus.
  12. Mencatat masuk dan keluarnya anggota.
Kaitan pengurus dan pengawas

                Keterkaitan antara peran pengawas dan pengurus adalah dalam hal pelaporan adalah dalam hal pelaporan hasil audit. Pengawas melaporkan hasil audit dan rekomendasi pelaksanaan kebijakan dan Keputusan Rapat Anggota yang telah di laksanakan oleh pengurus koperasi baik audit berkala maupun audit akhir tahun buku. Hasil audit yang dilaporkan dari pengawas adalah mengenai kesesuaian dan kebenaran data dan informasi yang dilaporkan dari pengawas adalah mengenai kesesuaian dan kebenaran data dan informasi yang dilaporkan Pengurus koperasi dengan bukti – bukti pendukungnya. Adapun beberapa hasil audit yang dilaporkan pengawas adalah :
  1. Pelaksanaan Anggaran Dasar di Koperasi;
  2. Pelaksanaan Kepeutusan RAT;
  3. Audit manajemen (pelaksanaan Standar Operasional Produser, deskripsi jabatan, dan disiplin kerja);
  4. Audit keuangan (ada tidaknya penyimpangan keuangan oleh Pengurus);
  5. Audit fisik (inventaris, dan kas)
 

Thursday 26 June 2014

Modal Kerja



Pengertian Modal Kerja
Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat – surat berharga), piutang dagang dan persediaan. Jadi modal kerja ini disebut modal kerja bruto ( gross working capital ). Sedang modal kerja bersih ( net working capital ) adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Manajemen modal kerja didefinisikan secara luas mencakup semua aspek pengelolaan baik aktiva lancar maupun huntang lancar.
Menurut Wasis (1991, p.63) Modal Kerja adalah dana yang ditanamkan dalam aktiva lancar, oleh karena itu dapat berupa kas, piutang, surat – surat berharga, persediaan dan lain-lain. Modal kerja bruto adalah keseluruhan dari aktiva / harta lancar yang terdapat dalam sisi debet neraca. Modal kerja neto adalah keseluruhan harta lancar dikurangi utang lancar. Dengan perkataan lain modal kerja neto adalah selisih antara aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar.
Modal kerja menurut Droms (1991:131) adalah The term working capital generally refers to a firm's investment in current asset over current liabilities. Net working capital refers to the excess of current assets over current liabilities and can be thought of as the circulating capital of a business firm. Effective control of this circulating capital is one of the most important Junctions of financial management.
A.  Persediaan
1.      Penegertian Persediaan
Menurut Prawirosentono, persediaan adalah aktiva lancar yang terdapat dalam perusahaan dalam bentuk persediaan bahan mentah (bahan baku / raw material, bahan setengah jadi / work in process dan barang jadi / finished goods). 
Persediaan adalah bagian utama dari modal kerja, merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan persediaan adalah suatu aktiva yang harus tersedia dalam perusahaan pada saat diperlukan untuk menjamin kelancaran dalam menjalankan perusahaan.
2.      Fungsi dan Manfaat Persediaan
Fungsi tersebut menurut Handoko, antara lain : 
a)      Fungsi Decoupling 
Persediaan decoupling ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintan langganan tanpa tergantung pada supplier. Untuk dapat memenuhi fungsi ini dilakukan cara-cara sebagai berikut: 
·         Persediaan bahan mentah disiapkan dengan tujuan agar perusahaan tidak sepenuhnya tergantung penyediaannya pada suplier dalam hal kuantitas dan pengiriman.
·         Persediaan barang dalam proses ditujukan agar tiap bagian yang terlibat dapat lebih leluasa dalam berbuat.
·         Persediaan barang jadi disiapkan pula dengan tujuan untuk memenuhi permintaan yang bersifat tidak pasti dari langganan. 
b)      Fungsi Economic Lot Sizing 
Tujuan dari fungsi ini adalah pengumpulan persediaan agar perusahaan dapat berproduksi serta menggunakan seluruh sumber daya yang ada dalam jumlah yang cukup dengan tujuan agar dapat menguranginya biaya perunit produk. 
c)      Fungsi Antisipasi 
Perusahaan sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang barang selama periode pemesanan kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan lebih. Persediaan antisipasi ini penting agar proses produksi tidak terganggu. Sehubungan dengan hal tersebut perusahaan sebaiknya mengadakan seaseonal inventory (persediaan musiman).
Adapun manfaat dari persediaan adalah menjamin kebebasan atau kelancaran kegiatan operasional internal dan eksternal sehingga permintaan pelanggan dapat terpenuhi tanpa tergantung pemasok.
Persediaan adalah barang yang dimiliki  untuk dijual atau untuk diproses selanjutnya dijual. Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedang perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi (siap untuk dijual).
Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam laporan Rugi/Laba maupun neraca.
Dalam perhitungan Rugi/Laba nilai persediaan (awal & akhir) mempengaruhi besarnya Harga Pokok Penjualan (HPP).
HPP = PERSEDIAAN AWAL+PEMBELIAN BERSIH– PERSEDIAAN AKHIR
3.      Penilaian Persediaan
Masalah-masalah yang timbul dalam penilaian persediaan dalam satu periode adalah :
·         Menetapkan jumlah dan nilai persediaan yang sudah terjual / sudah menjadi biaya.
·         Menentukan jumlah dan nilai persediaan yang belum terjual (yang harus dilaporkan di neraca)
Dalam mengatasi masalah tersebut perusahaan harus menentukan metode dan sistem pencatatan yang akan digunakan oleh perusahaan tersebut. Penentuan metode dan sistem pencatatan perusahaan harus sesuai dengan sistem penyimpanan atau pengelolaan persediaan yang dilakukan perusahaan tersebut.
B.  Jenis-jenis Persediaan
Berdasarkan kepada fungsinya persediaan dikelompokkan menjadi:
·         Lot-size-inventory yaitu persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Cara ini dilakukandengan tujuan agar memperoleh potongan harga (quantity discout) karena pembelian dalam jumlah yang besar, dan memperoleh biaya pengangkutan per unit yang rendah.
·         Fluctuation stock merupakan persediaan yang diadakan untuk menghadapi permintaan yang tidak bisa diramalkan sebelumnya, serta untuk mengatasi berbagai kondisi tidak terduga seperti, terjadi kesalahan dalam peramalan penjualan, kesalahan waktu produksi, kesalahan pengiriman.
·         Anticipation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapifluktuasi permintaan yang dapat diramalkan seperti mengantisipasi pengaruhmusim, dimana pada saat permintaan tinggi perrusahaan tidak mampumenghasilkan sebanyak jumlah yang dibutuhkan. Disamping itu juga persediaan ini ditujukan untuk mengantisipasi kemungkinan sulitnyamemperoleh bahan sehingga tidak menggangu operasi perusahaan.
C.  Alasan Diadakannya Persediaan
Pada prinsipnya semua perusahaan melaksanakan proses produksi akan menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kelangsungan proses produksi dalam perusahaan tersebut. Beberapa hal yang menyangkut menyebabkan suatu perusahaan harus menyelenggarakan persediaan bahan baku menurut Ahyari (2003:150), adalah:
Bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan proses produksi perusahaan tersebut tidak dapat dibeli atau didatangkan secara satu persatu dalam jumlah unit yang diperlukan perusahaan serta pada saat barang tersebut akan dipergunakan untuk proses produksi perusahaan tersebut. Bahan baku tersebut pada umumnya akan dibeli dalam jumlah tertentu, dimana jumlah tertentu ini akan dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan proses produksi perusahaan yang bersangkutan dalam beberapa waktu tertentu pula. Dengan keadaan semacam ini maka bahan baku yang sudah dibeli oleh perusahaan namun belum dipergunakan untuk proses produksi akan masuk sebagai persediaan bahan baku dalam perusahaan tersebut.
Apabila perusahaan tidak mempunyai persediaan bahan baku, sedangkan bahan baku yang dipesan belum datang maka pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan tersebut akan terganggu. Ketiadaan bahan baku tersebut akan mengakibatkan terhentinya pelaksanaan proses produksi pengadaan bahan baku dengan cara tersebut akan membawa konsekuensi bertambah tingginya harga beli bahan baku yang dipergunakan oleh perusahaan.
Untuk menghindari kekurangan bahan baku tersebut, maka suatu perusahaan dapat menyediakan bahan baku dalam jumlah yang banyak. Tetapi persediaan bahan baku dalam jumlah besar tersebut akan mengakibatkan terjadinya biaya persediaan bahan yang semakin besar pula. Besarnya biaya yang semakin besar ini berarti akan mengurangi keuntungan perusahaan. Disamping itu, resiko kerusakan bahan juga akan bertambah besar apabila persediaan bahan bakunya besar.
D.  Pengelolaan Persediaan
Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control ), karena kebijakan persediaan secara fisik akan berkaitan dengan investasi dalam aktiva lancar di satu sisi dan pelayanan kepada pelanggan di sisi lain. Pengaturan persediaan ini berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis (operation, marketing, dan finance). Sebuah perusahaan manufaktur tidak akan terlepas dari persoalan inventori yang seringkali memberikan kesulitan. Kesulitan tidak hanya terjadi karena banyaknya kesalahan manusia dalam mencatat tetapi juga kesulitan yang ditimbulkan karena tata letak yang tidak diatur dengan baik. Pengaturan tata letak barang dalam gudang tidaklah mudah jika dilakukan secara manual. Selain banyaknya proses keluar masuk barang, kesulitan juga ditimbulkan oleh proses pencarian barangyang harus dikeluarkan dari gudang.
Kelancaran bisnis perlu ditunjang dengan adanya persediaan barang dagangan. Untuk menjaga tingkat persediaan barang, dapat ditempuh oleh setiap perusahaan dengan cara pengelolaan dan pengendalian persediaan barang sesuai dengan jumlah yang direncanakan. Adapun tujuan dikelolanya persediaan barang adalah:
a)    Untuk menjaga jangan sampai persediaan habis,
b)   Untuk menjaga jangan sampai mengecewakan konsumen,
c)    Untuk menjaga agar jangan sampai jumlah perseidaan barang dagangan berlebihan.
d)   Untuk efisiensi atau mencukupi modal kerja yang digunakan
Dalam melakukan pengelolaan persediaan barang dagangan, ada beberapa hal yang perlu di perhatikan, yaitu:
a)   Sistem pencatatan yang paling tepat,
·         Pencatatan secara terus menerus (perpetual system).
Dalam metode ini pencatatan persediaan dilakukan setiap terjadi transaksi yang mempengaruhi persediaan. Saldo perkiraan persediaan akan menunjukan saldo persediaan yang sebenarnya. Dengan demikian pada saat penyusunan laporan keuangan tidak diperlukan ayat jurnal penyesuaian. Pencatatan transaksi kedalam perkiraan persediaan, adalah berdasarkan harga pokok produksi, baik transaksi pembelian maupun penjualan. Metode ini akan menampilkan dapat menyediakan laporan neraca setiap saat baik  untuk di print out maupun secara visual.
·         Pencatatan secara periodik (periodic system).
Dalam metode ini pencatatan persediaan hanya dilakukan pada akhir periode akuntansi melalui ayat jurnal penyesuaian. Transaksi yang mempengaruhi persediaan, dicatat masing-masing dalam perkiraan tersendiri sebagai berikut: Pembelian , Retur pembelian , Penjualan  dan Retur penjualan.
Metode ini sudah mulai ditinggalkan karena secara jelas tidak mendukung integrasi sistem dimana, sepanjang periode akuntansi berjalan tidak tersedia data mengenai  posisi persediaan. Hal ini menyebabkan data bagian akuntansi kurang mendukung  operasional. Laporan neraca  dan rugi/laba tidak akan dapat dibuat sebelum nilai persediaan diketahui.
b)   Metode pencatatan yang tepat untuk menetukan persediaan,
Mengenai metode pencatatan persediaan barang dagangan dapat digunakan cara berikut.
1.                  First-in, First-out (FIFO)
Barang yang pertama masuk, barang itulah yang lebih dahulu dikeluarkan.
2.                  Last-in, First-out (LIFO)
Barang yang paling akhir masuk, barang itulah yang lebih dahulu dikeluarkan.
3.                  Average Cost (AC)
Barang-barang yang dikelurakan dicatat berdasarkan harga rata-ratanya.

c)    Menghitung persediaan barang dagangan,
Dengan mengetahui dan memahami sistem pencatatan dan metode pencatatan, akan dapat dihitung persediaan barang dagangan dengan tepat sehingga dapat mengukur pengadaan persediaan barang dagangan dengan tingkat persediaan yang menguntungkan.
d)   Menyusun laporan persediaan.
Setelah menghitung dan mencatat persediaan barang, selanjutnya perlu disusun laporan persediaan barang dagangan. Penyusunan laporan perlu dibuat dalam rangka pelaksanaan administrasi. Laporan persedian barang dagangan dibuat secara periodik. Data yang diperlukan untuk menyusun laporan ini diperoleh dari:
·         Buku pembelian (tunai/kredit)
·         Buku penjualan (tunai/kredit)
·         Kartu persediaan gudang
·         Kartu persediaan di took
·         Kartu retur pembelian
·         Kartu retur penjualan.
Buku pembelian, buku penjualan serta kartu retur pembelian dan penjualan digunakan sebagai alat penguji kebenaran keluar masuk barang di gudang sesuai dengan salinan surat kiriman barang, surat penerimaan, faktur penjualan dan sebagainya. Sedangkan kartu persediaan barang di gudang dan di took digunakan untuk melihat kenyataan barang yang tersedia dan meneliti antara catatan di kartu persediaan dengan jumlah barang sebenarnya secara fisik.
Selain itu ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar dapat memenuhi modal kerja, salah satunya harus memenuhi persyaratan-persyaratan menurut Sofjan Assauri (2004:176) adalah sebagai berikut.
a)      Terdapatnya gudang yang cukup luas dan teratur dengan pengaturan tempat bahan atau barang yang tetap dan identifikasi bahan atau barang tertentu.
b)      Sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang dapat dipercaya terutama penjaga gudang.
c)      Suatu system pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan bahan atau barang.
d)     Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan atau barang.
e)      Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukan jumlah yang dipesan yang dibagikan atau dikeluarkan dan yang tersedia dalam gudang.
f)       Pemeriksaan fisik bahan atau barang yang ada dalam persediaan secara langsung.
g)      Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang telah dikeluarkan. Barang-barang yang telah lama dalam gudang dan barang –barang yang sudah usang dan ketinggalan zaman.
h)      Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin